08 November 2012

Muslim Ibarat Lebah “An-Nahl”






Islam datang dengan cinta. Mengajarkan cinta dan bagaimana membuat manusia menjadi manusia. Islam datang dengan penuh kasih sayang, tak pernah mengajarkan bagaimana cara membuat tipu daya dengan berbagai cara. Ada syariat dengan menjalankan hukum Islam. Islam datang dengan kelembutan, tak pernah mengatakan kasar tentang hal ini dan itu. ia merupakan hukum tegas karena Allah yang membuat demikian.

Begitu banyak perumpamaan yang tertuang dalam Quran tentang manusia dan segala seluk beluknya. Manusia yang penuh dengan ketidak fahaman. Manusia yang penuh khilaf dan dosa. Namun, Allah tidak lantas meninggalkan kita. Dia menurunkan Quran kepada Muhammad tentang bagaimana menyikapi manusia yang jahiliyah dan ingkar. Karena itulah Allah banyak membuat perumpamaan dalam Quran.

Perumpamaannya seperti lebah. Lebah menghasilkan sesuatu yang baik, diapun juga memakan yang baik yaitu sari pati bunga, bermanfaat bagi yang lain. Dia menghisap sari pati bunga untuk membatu bunga tersebut bukan malah meninggalkan jejak buruk. Betullah sebuah hadits mengatakan, “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Itulah analogi seorang muslim. Yang dihasilkan oleh lebah yaitu madu ternyata bisa menyembuhkan berbagai penyakit manusia. Apa yang ia masukkan ternyata sama baiknya dengan apa yang ia keluarkan. Ia menyebarkan kesembuhan pada orang lain. Yah, itulah dakwah yang menyembuhkan berbagai penyakit manusia yaitu lupa, khilaf, dan bodoh. Pantaslah Allah menaruh tata cara berdakwah dalam surat An-Nahl (Lebah). Karena Allah ingin menunjukkan bahwa muslim ibarat lebah yang super hebat. Subhanallah.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl 125).

Lihatlah tata laku lebah yang menjadi perumpamaan umat muslim. Saling membangun menjaga keharmonisan yang terletak pada ukhuwah lebah. Ukhuwah lebah? Lucu memang. Namun, tak ada salah ketika menggunakan istilah itu dalam pemaknaan. Lebah saling bekerja sama membangun sebuah peradaban sarangnya. Teratur dan rapi.

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl 68-69)

Tak hanya itu, ukhuwah lebah yang begitu mengikat membuat mereka begitu ketat menjaga sarangnya tersebut. Jika sarang tersebut dilempar oleh sebuah batu, maka tak heran dalam hitungan detik munculah pasukan lebah dengan senjata sengatan pada diri mereka untuk mengejar pelaku tersebut. Begitulah analogi yang diberikan Allah bagi orang-orang yang memikirkan. Muslim tidak akan menyerang jika tidak ada yang menyerang. Orang yang begitu teguh memegang Quran dan Sunnahnya memberikan kesembuhan pada orang lain dalam bentuk tingkah dan laku dalam mnedakwahkan kepada yang lain juga pada diri sendiri selayaknya lebah yang menyimpan madu untuk koloninya pada saat ataupun cadangan makanan. Dia tak pernah pilih kasih untuk menyebarkan madunya kepada siapapun.

Anggap saja lebah adalah seorang muslim yang memnyerap sari bunga (ilmu) dan menghasilkan madu (dakwah) dan ketika diserang maka dia akan menyerang (jihad). Subhallah, pantaslah ada salah satu surah bernama An-Nahl. Lebah.

Jadilah Seperti Lebah

Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti lebah. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera. Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:
Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.
Mengeluarkan yang bersih.
Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!
Tidak pernah merusak
Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu.
Bekerja keras
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman
Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.

Tidak ada komentar: